Jumat, 30 Mei 2014

PERNIKAHAN



Untuk cinta pertama, cinta sejati dan cinta yang berkomitmen
aku tak tahu kapan perasaan jatuh cinta ini akan datang menyapa kembali, sebab di penghujung malam aku hanya bisa berteman sepi. Dan kadangkala imajinasiku melampaui kenyataan hidupku. Aku selalu berharap peristiwa ini akan terjadi, peristiwa yang menjadi penantian oleh setiap insan manusia.
Kau tahu apa itu?
Pernikahan, yah peristiwa seperti itu.
Akan ada suatu hari, di mana namamu dan namaku bersanding di atas kertas yang terbingkai indah di sertai dengan tanggal di mana peristiwa itu akan terjadi. Namaku berderet dengan gelar keguruanku, dan aku tak tahu kelak namamu akan memiliki gelar atau tidak. Kita akan segera dijuluki kedua mempelai, aku bisa bayangkan betapa bahagianya aku saat itu.
Jika datang waktunya, di mana tanggal itu telah tiba, aku bisa bayangkan betapa ramainya rumahku dengan kedatangan kerabat-kerabat dari kampungku, aku yakin kaupun juga demikian.
Aku sudah tak sabar untuk menyebut ayah dan ibumu sebagai ayah serta ibu mertuaku, aku tak sabar menyebutmu dengan sebutan suamiku. Aku hanya bisa berharap ketika hari itu tiba, kau dengan fasih menyebutkan namaku di depan penghulu dan ayahku, aku pastikan pada saat itu air mataku akan berlinang, betapa bahagianya aku telah resmi menjadi nyonya dari dirimu. Lalu aku akan mencium tanganmu sebagai pertanda bakti pertamaku sebagai istrimu yang kau cintai kemudian dengan ikhlas kau akan mencium keningku sebagai tanda sayangmu kepadaku sebagai istrimu yang kau cintai jua.
 Pada waktu itu, lingkaran emas yang tak kuketahui berapa beratnya akan melingkar kokoh di jari manis kita berdua, dalam hati aku hanya berharap semoga cincin itu tak pernah kau lepaskan dalam keadaan apapun.
Setelah resmi, kita akan berlagak seperti raja dan ratu semalam. Semua kerabat berbondong-bondong menyampaikan rasa bahagianya kepada kita. Aku begitu senang, senyum ini tak pernah kehilangan manis jika saat itu telah tiba.
Pada malam pertama kita nanti, moga kau memperlakukanku seperti sunnah rasul, tak usah ku jelaskan, kau pasti tahu apa maksudku itu.
Mengawali bahtera rumah tangga menjadi pasangan suami dan istri, aku akan sangat bahagia, ketika mentari beranjak dari timur, kupalingkan badanku, tentu wajahmu akan menjadi wajah yang pertama tertangkap oleh pandangku, aku harap bahagiamu akan sama dengan bahagiaku.
Suamiku tersayang, jika Tuhan mempercayakan anak pada kita, kuharap kita takkan pernah mengabaikan titipan Tuhan ini,sayangi dia sebagaimana kau menyayangiku sewaktu awal pernikahan kita.
Aku paham aku takkan secantik yang dulu, usai melahirkan badanku akan gemuk, mungkin kau tak betah lagi memandangku, mungkin juga aku akan menjelma menjadi isteri yang suka memarahimu ketika kau pulang terlambat dari kantormu. Aku tahu kau akan jenuh akan itu, tapi aku mohon tetap sayangi aku seperti awal perasaan cintamu datang padaku. Jangan pernah merasa kasih sayangku terbagi untukmu dan untuk buah hati kita. Kau dan anak kita akan menjadi penguatku. Jika kelak aku tak bisa lagi memasak tepat waktu karena terlalu sibuk mengurusi anak kita, sementara kau sedang lapar. Ku mohon jangan marahi aku, jangan cela aku sebagai isteri yang tak bisa mengurus suaminya.
Waktu akan terus berputar suamiku, aku dan kamu akan bertambah tua dimakan masa, begitupun anak kita akan tumbuh menjadi dewasa dan kelak dia akan mengalami apa yang kita alami dulu, yaitu pernikahan. Jika usiaku mulai menginjak senja, aku yakin kau takkan sering lagi mencium keningku seperti apa yang selalu menjadi rutinitasmu di awal pengantin baru kita. Tetap sayangi aku suamiku, sampai setua apapun aku, bahkan hingga ajal yang menjadi pemisah kita. Aku sebagai isterimu akan mengabdikan seluruh hatiku dan baktiku untukmu dan anak kita. Tetaplah setia karena setia takkan pernah menjanjikan perpisahan. Aku mencintaimu hingga matahari akan terbit di barat dan akan terbenam di timur. 

Teruntuk calon suamiku, kita akan berperan di pernikahan kita kerdua,
Aku ratu dan kau akan jadi rajanya.

0 komentar:

Posting Komentar