Sabtu, 02 Agustus 2014

Pashmina Untuk Mama



“Berapa harga pashmina itu, Bu?” tanyaku kepada wanita yang kuduga umurnya sudah berkepala empat itu.
“duapuluh ribu, nak” jawabnya.

“masih bisa ditawar yah, Bu?” tanyaku dengan penuh harap.

“itu sudah harga pas, nak.”  Jawabnya dengan mematahkan harapku dalam hati.

Seminggu lagi ulang tahun Mama, aku tak punya banyak uang untuk menghadiahkannya sesuatu yang berharga, uangku hanya sepuluh ribu rupiah, untuk anak seusiaku dengan kondisi ekonomi seperti sekarang, uang itu sangatlah besar. Aku menabungnya hampir sebulan penuh, aku rela menahan dahaga dan laparku demi mengumpulkan uang itu.

Aku duduk di atas batu samping pasar tempat mama berdagang, seraya memikirkan apa yang harus kulakukan untuk mendapatkankan uang agar bisa menghadiahkan mama sebuah pashmina.

“Sarah, apa yang kamu lakukan di sini?” tegurnya.

Namanya Lili, teman sebangkuku di SMP Tunas Bangsa. Dia adalah anak seorang pemulung yang bekerja sebagai kuli angkat barang di pasar. Setidaknya aku lebih beruntung darinya, aku tak mesti bekerja sehabis pulang sekolah, sementara dia mau tak mau harus melakukan pekerjaan yang masih sangat berat dilakukan untuk anak seusia kami.

“aku bingung,Li. Seminggu lagi mamaku ulang tahun, uangku masih kurang  untuk membelikannya hadiah.” Keluhku.

“kamu mau uang? Ayo kerja bareng sama aku” tawarnya.

“memangnya bisa?” jawabku menantang.

“tentu saja, Ayo !” 

Ditariknya tanganku menuju ke dalam pasar, tapi aku tak ingin sampai dilihat mama, aku selalu menghindari tempat yang berdekatan dengan tempat jualan mama. Aku takut ketahuan sedang bekerja, mama bisa marah kalau tahu hal itu.

“hasilnya lumayan kan?” Tanya lili.

“iya” jawabku sambil megusap keringat.

Meski hanya mendapatkan duaribu limaratus rupiah saja, itu sudah sangat memuaskan.
Begitu susahnya mencari uang, aku baru mengerti sekarang, mengapa ibu selalu memintaku untuk berhemat.

***
Sudah tiga hari aku bekerja, uangku masih saja kurang. Aku perlu uang duaribu rupiah lagi. Kuyakinkan dalam hati, esok aku masih harus bekerja demi mama.

“ibu, mau saya bantu angkat belanjaannya?” tanyaku.
“boleh nak, silakan” jawab si ibu.
“tolong angkat ke motor ibu di sana yah” katanya sambil menunjuk sebuah motor.
“baik bu”

Disodorkannya dua lembar uang seribu rupiah untukku, aku dengan senang hati menerimanya.
“sekarang uangku sudah cukup” ucapku sambil menggendong belanjaan si ibu kearah motor.

***

“ibu, aku jadi beli pashmina yang kemarin aku tawar.” Kataku.
“oh, iya nak. Ini barangnya, semoga mamamu senang” jawabnya
Aku menyodorkan uang hasil kerja kerasku selama ini, aku merasa sangat senang.

***

Di depan rumah mama sudah bersantai, bidadari pemilik sugaku  sangat cantik di sore itu.

“kamu dari mana?” tanyanya.

“aku..aku ..aku “ jawabku terbata-bata.

“mama melihatmu di pasar, kamu jadi kuli nak? Memangnya mama tak mampu memberimu uang sehingga kamu harus bekerja?”

“bukan begitu ma”

“apanya yang bukan, cepat masuk ke kamar” perintahnya.

“mama marah?” tanyaku.

Mama  tak menghiraukan tanyaku, dia langsung masuk menuju dapur.

***

Hari ini tepat ulang tahun mama, sementara  itu mama masih saja marah padaku.
 Aku mengetuk pintu kamarnya.
 
“mama..” ucapku
“iya, mama mau tidur.” Jawab mama singkat.
“buka dulu pintunya mama” aku memohon.
“ada  apa? “
  aku tahu mama masih marah, tapi aku melakukan ini demi mama” aku meneteskan air mata.
“apa maksudmu nak?”
“selamat ulang tahu Ma, hanya sebuah pashmina pasaran yang bisa ku beriikan” ucapku sambil memberikan pashmina itu.

Mama terdiam sejenak lalu memelukku.

“terima kasih nak”
“jangan marah Ma, ini aku beli dengan uang yang kudapatkaan dari hasil kerja di pasar.”
“Mama tak marah, nak. Mama sangat menyayangimu, mama begini karena mama ingin kamu menjadi seorang pelajar  pintar bukan seorang pekerja di usia seremaja ini.

“aku mengerti Ma, sekali lagi selamat ulang tahun” aku memeluk mama.

0 komentar:

Posting Komentar