“duapuluh ribu, nak”
jawabnya.
“masih bisa ditawar
yah, Bu?” tanyaku dengan penuh harap.
“itu sudah harga pas,
nak.” Jawabnya dengan mematahkan harapku
dalam hati.
Seminggu lagi ulang
tahun Mama, aku tak punya banyak uang untuk menghadiahkannya sesuatu yang
berharga, uangku hanya sepuluh ribu rupiah, untuk anak seusiaku dengan kondisi
ekonomi seperti sekarang, uang itu sangatlah besar. Aku menabungnya hampir sebulan
penuh, aku rela menahan dahaga dan laparku demi mengumpulkan uang itu.
Aku duduk di atas batu
samping pasar tempat mama berdagang, seraya memikirkan apa yang harus kulakukan
untuk mendapatkankan uang agar bisa menghadiahkan mama sebuah pashmina.
“Sarah, apa yang kamu
lakukan di sini?” tegurnya.
Namanya Lili, teman
sebangkuku di SMP Tunas Bangsa. Dia adalah anak seorang pemulung yang bekerja
sebagai kuli angkat barang di pasar. Setidaknya aku lebih beruntung darinya,
aku tak mesti bekerja sehabis pulang sekolah, sementara dia mau tak mau harus
melakukan pekerjaan yang masih sangat berat dilakukan untuk anak seusia kami.
“aku bingung,Li. Seminggu
lagi mamaku ulang tahun, uangku masih kurang
untuk membelikannya hadiah.” Keluhku.
“kamu mau uang? Ayo kerja
bareng sama aku” tawarnya.
“memangnya bisa?” jawabku
menantang.
“tentu saja, Ayo !”
Ditariknya tanganku
menuju ke dalam pasar, tapi aku tak ingin sampai dilihat mama, aku selalu
menghindari tempat yang berdekatan dengan tempat jualan mama. Aku takut
ketahuan sedang bekerja, mama bisa marah kalau tahu hal itu.
“hasilnya lumayan kan?”
Tanya lili.
“iya” jawabku sambil
megusap keringat.
Meski hanya mendapatkan
duaribu limaratus rupiah saja, itu sudah sangat memuaskan.
Begitu susahnya mencari
uang, aku baru mengerti sekarang, mengapa ibu selalu memintaku untuk berhemat.
***
Sudah tiga hari aku
bekerja, uangku masih saja kurang. Aku perlu uang duaribu rupiah lagi. Kuyakinkan
dalam hati, esok aku masih harus bekerja demi mama.
“ibu, mau saya bantu
angkat belanjaannya?” tanyaku.
“boleh nak, silakan”
jawab si ibu.
“tolong angkat ke motor
ibu di sana yah” katanya sambil menunjuk sebuah motor.
“baik bu”
Disodorkannya dua
lembar uang seribu rupiah untukku, aku dengan senang hati menerimanya.
“sekarang uangku sudah
cukup” ucapku sambil menggendong belanjaan si ibu kearah motor.
***
“ibu, aku jadi beli
pashmina yang kemarin aku tawar.” Kataku.
“oh, iya nak. Ini barangnya,
semoga mamamu senang” jawabnya
Aku menyodorkan uang
hasil kerja kerasku selama ini, aku merasa sangat senang.
***
Di depan rumah mama
sudah bersantai, bidadari pemilik sugaku sangat cantik di sore itu.
“kamu dari mana?”
tanyanya.
“aku..aku ..aku “
jawabku terbata-bata.
“mama melihatmu di
pasar, kamu jadi kuli nak? Memangnya mama tak mampu memberimu uang sehingga kamu
harus bekerja?”
“bukan begitu ma”
“apanya yang bukan, cepat
masuk ke kamar” perintahnya.
“mama marah?” tanyaku.
Mama tak menghiraukan tanyaku, dia langsung masuk
menuju dapur.
***
Hari ini tepat ulang
tahun mama, sementara itu mama masih
saja marah padaku.
Aku mengetuk pintu kamarnya.
“mama..” ucapku
“iya, mama mau tidur.” Jawab
mama singkat.
“buka dulu pintunya mama”
aku memohon.
“ada apa? “
“ aku tahu mama masih marah, tapi aku melakukan
ini demi mama” aku meneteskan air mata.
“apa maksudmu nak?”
“selamat ulang tahu Ma,
hanya sebuah pashmina pasaran yang bisa ku beriikan” ucapku sambil memberikan
pashmina itu.
Mama terdiam sejenak
lalu memelukku.
“terima kasih nak”
“jangan marah Ma, ini
aku beli dengan uang yang kudapatkaan dari hasil kerja di pasar.”
“Mama tak marah, nak. Mama
sangat menyayangimu, mama begini karena mama ingin kamu menjadi seorang
pelajar pintar bukan seorang pekerja di
usia seremaja ini.
“aku mengerti Ma,
sekali lagi selamat ulang tahun” aku memeluk mama.
0 komentar:
Posting Komentar