Rabu, 21 Januari 2015

Ada Cinta di Flyover



Ada Cinta di Flyover
oleh Nurasiyah

Untukmu yang telah hadir di hidupku dengan cara yang begitu konyol dan berhasil menitipkan rasa yang begitu indah tanpa tahu cara untuk mengakhirinya. Dan semoga saja Tuhan tak pernah memberitahumu tentang cara itu.
Ada rasa yang tercipta di atas jembatan beton itu. Rasa yang membuatku mendadak lupa cara untuk bersedih. Posisinya persis di dekat jalan protokol, yah itu Flyover. Fasilitas yang dibuat oleh pemerintah untuk tujuan kelancaran jalan. Namun tempat itu mendadak beralih fungsi pada malam hari, menjadi tempat orang-orang untuk menikmati indahnya malam dan menyaksikan bulan jika purnama serta kerlip bintang gemintang. Tentu kau masih ingat. Awalnya aku begitu alergi dengan tempat itu, sebab bagiku itu hal yang salah. Berdiri di pinggir jalan yang di bawahnya juga jalan. Aneh saja menurutku. Tapi Tuhan selalu ciptakan alur yang baik. Dipertemukannya kita di tempat itu. Kita bercerita selayaknya orang yang sudah lama saling kenal, padahal baru hari itu saja kita bertemu.
***
Dan malam ini, aku hanya pergi sendirian ke tempat itu. Duduk di atas beton yang berdiri kokoh. Kau tak menemaniku malam ini karena alasan yang memang harus kumaklumi adanya. Indahnya kota bisa terpotret dari atas sini, melihat gedung menjulang tinggi, dan televisi raksasa yang tertempel di gedung itu. Ini tempat kita. Tempat yang pernah menyatukan dua hati yang sama-sama memendam rasa.
Aku masih teringat saat itu. Saat kau menyatakan cinta tepat di tempat aku duduk saat ini.
“Rena. Aku tahu ini bukan tempat yang romantis jika berbicara tentang cinta. Tapi entah mengapa, aku selalu menganggap kalau tempat ini punya sejarah yang apik tentang kita. Ren, aku tak begitu pandai mematahkan sayap bidadari. Namun jika seandainya kau bersedia menjadi kekasihku, izinkan aku mematahkan sayap-sayapmu agar kau tak bisa lagi kembali ke kayangan.” Fikram berdalih.
“ lelaki memang pandai menggombal, Fik. Aku bukan bidadari. Aku Rena, perempuan tak bersayap. Tapi meskipun aku tak bersayap apakah kau tetap cinta bukan? Haha”
“Oh tentu saja ! tanpa sayap pun kau tetap bidadari untukku.”
“iya...iya...” lidahku mendadak membeku.
***
Hanya malam yang mampu melukiskan tentang bahagia yang dulu tercipta. Aku paham bahwa kau lebih dulu terbang jauh menyisakan aku yang berteman malam berdiri di atas flyover. Kisah kita pernah ada di sini. Meski setahun yang lalu, tempat ini menjadi saksi bisu kepergianmu untuk selamanya. percayalah sayang, meski kau telah pergi selamanya, aku akan akan setia memupuk sepotang kisah yang pernah terajut di sini dengan siraman air mata. Ini bukan duka yang berlarut, ini hanya persoalan waktu yang mengajariku melepasmu untuk terbang jauh menikmati indahnya malam yang sama di atas flyover ciptaan Tuhan di surga.

0 komentar:

Posting Komentar