Aku, Masa lalu,
dan Januari
Oleh Nurasiyah
Atas nama hati
yang masih patah, masa lalu yang belum terhapus, dan bulan Januari yang selalu
menjelma menjadi bulan-bulan menyedihkan.
Desember baru saja berlalu, bersama iringan
ledakan-ledakan bercahaya di setiap sudut langit yang gelap. Setahun sudah kita
tak sejalan dalam hal cinta, dan semuanya berakhir di Januari tahun lalu.
Januari selalu punya cerita tersendiri, terutama di tanggal-tanggal awalnya.
Tanggal saat dia putuskan aku tanpa tahu sebab yang jelas.
“Indah, apa harapan kamu di tahun yang baru
ini?” tanya Vivi.
“aku selalu berharap semoga saja yang lalu segera
berlalu selamanya.” Jawabku
“ha? Bukannya yang lalu memang sudah berlalu yah?
Kamunya saja yang betah mengingat masa lalu” ucapnya diiringi tawa yang penuh
ejekan.
“ih, enak saja kamu. Aku bukannya selalu mengingat
masa lalu, hanya masa lalu itu saja yang selalu memaksa untuk diingat, siapa
suruh pergi dengan meninggalkan kenangan yang indah. Efeknya kan gini” aku
menyusul tawanya.
“eh kalau boleh tahu masa lalu kamu itu siapa?”
“adalah, kamu gak perlu tahu” aku mengejek.
Wajar saja kalau Vivi belum tahu siapa sosok yang
kuberi gelar masa lalu itu, maklum aku bersahabat dengan Vivi terhitung sejak 3 bulan lalu. Jauh setelah
aku putus dengannya.
***
Bulan ini benar-benar puncak penghujan,
genangan-genangan air sampai merambat ke jalan raya. Sore ini kuputuskan untuk
keluar rumah, meski harus bermain-main dengan rintik hujan. Tak perlu ada yang
dicemaskan, sebab aku sudah sedia payung sebelum hujan. Aku berjalan menyusuri
genangan-genangan air menuju rumah Vivi. Aku tahu hujan selalu punya kenangan
bagi penikmatnya. Tapi tidak denganku sekarang, tak ada arti hujan selain hanya
membuat orang basah kuyup.
“Vivi...Vivi” aku memanggil sambil memencet-mencet
bel di depan pintu rumahnya.
“iya, tunggu sebentar” suara Vivi mulai terdengar.
“eh kamu dah,
ayo masuk.”
“siap bos”
Vivi ini sahabat baruku, aku mengenalnya karena kami
satu fansclub salah satu artis Korea.
Dan ternyata kami tetangga komplek. Hal yang tak pernah terduga.
“kamu sedang apa sih Vi?” aku mencoba merebut
gadgetnya.
“ini lagi BBMan, eh mau lihat gebetan aku gak?”
“cie gebetan, siapa sih yang mau-maunya sama orang
lalod seperti kamu?” aku tertawa.
“eh enak aja, namanya Rian.”
“apa Rian?” aku kaget, namanya seperti. Ah sudahlah.
“iya Rian. Ini fotonya”
Aku melihat setiap sudut lekukan wajah nya, yah dia
Rian. Masa laluku di bulan Januari lalu. Aku membaca BBMan Vivi dengannya dari
awal hingga akhir. Sepertinya mereka akan segera jadian. Aku tertunduk pasrah.
“kamu kenapa Indah?”
“tidak kenapa-kenapa Vi. Eh hujannya sudah reda. Aku
pamit pulang dulu yah”
“loh? Baru juga sampai” Vivi seperti mencegah.
“ada perlu sama mama. Pulang dulu yah” aku berjalan
keluar rumah dan meninggalkan Vivi dan BBM yang terus berlanjut.
***
Kubiarkan masa laluku berjalan bersama sahabatku,
Januari kembali memberikan kisah tentang aku dan masa lalu. Aku tak akan pernah
memberitahu Vivi tentang gebetannya sekarang adalah masa laluku. Biar saja aku dan Januari yang tahu. Januari
oh Januari, kenapa harus ada cerita terbesar di setiap tanggalmu.
Baiknya masa lalu memang harus kulupakan,
membiarkannya mencari masa depan. Januari tahun ini berikan cerita yang baru.
Tentang sahabatku, masa laluku, dan
Januariku.
0 komentar:
Posting Komentar