Rabu, 21 Januari 2015

Aku, Masa lalu, dan Januari



Aku, Masa lalu, dan Januari
Oleh Nurasiyah

Atas nama hati yang masih patah, masa lalu yang belum terhapus, dan bulan Januari yang selalu menjelma menjadi bulan-bulan menyedihkan.
Desember baru saja berlalu, bersama iringan ledakan-ledakan bercahaya di setiap sudut langit yang gelap. Setahun sudah kita tak sejalan dalam hal cinta, dan semuanya berakhir di Januari tahun lalu. Januari selalu punya cerita tersendiri, terutama di tanggal-tanggal awalnya. Tanggal saat dia putuskan aku tanpa tahu sebab yang  jelas.
“Indah, apa harapan kamu di tahun yang baru ini?”  tanya Vivi.
“aku selalu berharap semoga saja yang lalu segera berlalu selamanya.” Jawabku
“ha? Bukannya yang lalu memang sudah berlalu yah? Kamunya saja yang betah mengingat masa lalu” ucapnya diiringi tawa yang penuh ejekan.
“ih, enak saja kamu. Aku bukannya selalu mengingat masa lalu, hanya masa lalu itu saja yang selalu memaksa untuk diingat, siapa suruh pergi dengan meninggalkan kenangan yang indah. Efeknya kan gini” aku menyusul tawanya.
“eh kalau boleh tahu masa lalu kamu itu siapa?”
“adalah, kamu gak perlu tahu” aku mengejek.
Wajar saja kalau Vivi belum tahu siapa sosok yang kuberi gelar masa lalu itu, maklum aku bersahabat dengan Vivi  terhitung sejak 3 bulan lalu. Jauh setelah aku putus dengannya.
***
Bulan ini benar-benar puncak penghujan, genangan-genangan air sampai merambat ke jalan raya. Sore ini kuputuskan untuk keluar rumah, meski harus bermain-main dengan rintik hujan. Tak perlu ada yang dicemaskan, sebab aku sudah sedia payung sebelum hujan. Aku berjalan menyusuri genangan-genangan air menuju rumah Vivi. Aku tahu hujan selalu punya kenangan bagi penikmatnya. Tapi tidak denganku sekarang, tak ada arti hujan selain hanya membuat orang basah kuyup.
“Vivi...Vivi” aku memanggil sambil memencet-mencet bel di depan pintu rumahnya.
“iya, tunggu sebentar” suara Vivi mulai terdengar.
“eh kamu dah,  ayo masuk.”
“siap bos”
Vivi ini sahabat baruku, aku mengenalnya karena kami satu fansclub salah satu artis Korea. Dan ternyata kami tetangga komplek. Hal yang tak pernah terduga.
“kamu sedang apa sih Vi?” aku mencoba merebut gadgetnya.
“ini lagi BBMan, eh mau lihat gebetan aku gak?”
“cie gebetan, siapa sih yang mau-maunya sama orang lalod seperti kamu?” aku tertawa.
“eh enak aja, namanya Rian.”
“apa Rian?” aku kaget, namanya seperti. Ah sudahlah.
“iya Rian. Ini fotonya”
Aku melihat setiap sudut lekukan wajah nya, yah dia Rian. Masa laluku di bulan Januari lalu. Aku membaca BBMan Vivi dengannya dari awal hingga akhir. Sepertinya mereka akan segera jadian. Aku tertunduk pasrah.
“kamu kenapa Indah?”
“tidak kenapa-kenapa Vi. Eh hujannya sudah reda. Aku pamit pulang dulu yah”
“loh? Baru juga sampai” Vivi seperti mencegah.
“ada perlu sama mama. Pulang dulu yah” aku berjalan keluar rumah dan meninggalkan Vivi dan BBM yang terus berlanjut.
***
Kubiarkan masa laluku berjalan bersama sahabatku, Januari kembali memberikan kisah tentang aku dan masa lalu. Aku tak akan pernah memberitahu Vivi tentang gebetannya sekarang adalah masa laluku.  Biar saja aku dan Januari yang tahu. Januari oh Januari, kenapa harus ada cerita terbesar di setiap tanggalmu.
Baiknya masa lalu memang harus kulupakan, membiarkannya mencari masa depan. Januari tahun ini berikan cerita yang baru. Tentang  sahabatku, masa laluku, dan Januariku.



0 komentar:

Posting Komentar