Sabtu, 04 Januari 2014

Gajah Madha Itu yang Ku Mau




“aku hanya menjadi perantaramu untuk sahabatku” ucapnya dengan enteng.
“apa katamu? Jadi Rio yang mencintaiku? Bukan kamu?” aku bertanya dengan gamblangnya.
“tentu bukan aku, ibarat sebuah sumur dan timba, aku hanyalah katrol diantaranya.”
Perlahan tapi pasti, senyummu di batas kota seakan memperjelas langkah hati, ku kira kau telah menjadikanku dermaga hatimu, aku hampir saja terporosot masuk dalam lubang harapan palsu. Kau membawaku ke puncak kejayaan, lalu menjatuhkanku perlahan seperti histeria di ancol itu. Dan sekarang tiba-tiba kau menyapa memberi kejelasan. Apakah kau seperti Gajah Madha dalam kerajaan itu yang memberikan kejayaan tapi posisinya sebagai perantara?  Kau berhasil menjadikan seluruh hatiku bersemi dalam satu musim dan membuatnya hancur dalam satu musim jua. Sekarang Hayam Wuruk itu biasa ku panggil Rio. Temanmu yang ingin kau sandingkan denganku, ku pikir itu kamu, ternyata Tuhan punya kehendak lain. Segala sesuatunya telah ku pasrahkan, ku biarkan buliran air mata mengalir di sungai derita yang kau ciptakan. Bermain bersama ikan kecil yang tak berdosa. Aku hanya bisa memeluk derita, karenamu yang tak kunjung memberiku cinta, Gajah Madhaku. Kau malah berbalik menawarkan cinta bersama Hayam Wuruk yang terpaksa ku cinta karena bayanganmu yang selalu hinggap pada dirinya. Kamu bukan dia !

untuk cinta yang selalu salah sasaran
hingga hati turut merasakan buaian
beransur menjelma menjadi kekecewaan !

0 komentar:

Posting Komentar