Sabtu, 04 Januari 2014

Takkan Ada Ragu Menyertai Doamu, Ibu !





Matahari masih sibuk menyinari bumi, cahayanya mulai masuk ke dalam rumah. Menembus kulit kering ibu yang masih sibuk mengerjakan pekerjaannya. Seraya membasuh keringat yang bermuara di sekitar wajahnya, ibu bertanya mengenai pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi yang dua hari lagi akan diumumkan, aku pesimis dengan hasil yang akan ku dapatkan nanti. “pengumumannya masih dua hari lagi bu.” Ucapku sambil menatap wajahnya yang setengah merintih dalam letih. Aku takut mengecewakan ibu, segala upaya dan usaha telah ia lakukan untukku melanjutkan sekolah ke tingkat SMA dulu, sekarang dia rela menjual jamu keliling kompleks untuk persiapan kuliahku.
“kamu harus yakin nak, ibu sudah punya persiapan untukmu kuliah.” Katanya sambil mengusap kepalaku. Dan aku hanya bisa memalsukan senyumanku.
aku tahu ibu hanya berusaha menghibur hatiku, ibu juga pasti tahu kemampuan akademikku, untuk lulus ujian nasional saja, aku merasa itu keajaiban dari doa tahajjud ibu. Aku tahu ibu menjual jamu, dan hasilnya juga tak seberapa.
Sehari menuju pengumuman, entah mengapa malam itu mataku tak ingin terlelap sedetik pun. Dari balik dinding kamar, aku mendengar tangisan ibu. Kamarku dan kamar ibu hanya berbatas tripleks. Bagiku tinggal di rumah kontrakan yang amat sederhana ini merupakan rejeki yang luar biasa dari Tuhan, jadi tak sepantasnya aku mengeluh. Aku mengingat potongan ayat surah Ar-Rahman yang terjemahannya “maka nikmatTuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”  Aku melangkahkan kaki menuju pintu kamar ibu, disana ku lihat dengan jelas ibu bersujud di atas sajadah tua sambil meneteskan air mata, haruku tiba-tiba meluap, aku duduk di belakang ibu sembari menunggunya selesai shalat tahajjud. Dalam doanya, ku dengar namaku terselip diantara hitungan doa yang ia panjatkan kepada sang pencipta. Ku lihat jemarinya gemetar, aku tak sanggup melihatnya. Dengan mukenah putih kekuningan, ibu mengadu pada sang khalik, seakan ia meminta harap agar aku lulus pada pilihan yang tepat. Sebelum ibu mengucapkan amin, aku berlari merebahkan tubuhku di atas kasur yang tua itu, aku memalingkan wajahku dari arah dinding kamar ibu, tak ada yang bisa ku lakukan, selain berharap semoga Tuhan menjamah doa wanita yang memiliki surga di bawah terlapak kakinya itu.
***
Hari ini pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi, hatiku seakan tak kuasa menahan tangis ketika mencari namaku diantara sederet nama yang sudah lulus.
“kemana namaku?” ucapku dalam hati.
aku tak melihat namaku ada di Koran itu. Aku menunggu ibu pulang dari berjualan jamu. Aku tak tahu bagaimana cara menjelaskannya pada ibu bahwa anaknya yang otak pas-pasan ini tak mampu lulus masuk perguruan tinggi.
“assalamualaikum” suara ibu dari balik pintu masuk.
“iya, waakaikumsalam.” Aku menjawab salam ibu dan mencium tangannya.
“bu aku tak lulus, maafkan aku.” Ucapku sambil meneteskan air mata.
Ibu hanya tersenyum manis padaku, meski dari balik senyumnya ia menyimpan kecewa.
“tidak apa-apa nak, rencana Tuhan itu adalah rencana yang baik. Kamu jangan bersedih, besok ada pendaftaran lagi kan? Kamu harus coba jalur itu. Ibu masih punya uang untuk biaya formulirnya.” Kata ibu dengan penuh semangat.
Aku paham betul, di dalam dompet ibu tinggal tersisa selembar uang seratus ribuan. Sedangkan biaya formulirnya 75 ribu. “Kalau uangnya di pakai untuk biaya formulir, terus aku, ibu, dan adik-adik akan makan apa selama seminggu ini? Sementara taraf hidup di kota ini sangatlah tinggi.” Aku berkata dalam hatiku.
“kamu jangan khawatir, ibu masih punya uang.” Ibu menepuk pundakku.
Esoknya, aku mengambil formulir itu dan ku bayar dengan uang yang ibu punya. Ujiannya pun sekitar seminggu lagi. Aku mempersiapkan diriku untuk ini, dengan sejuta asa dan doa, aku berusaha untuk bisa lulus pada jalur ini.
“Sebentar lagi aku akan tes bu, aku minta doa ibu” aku tersenyum sambil berbaring di atas pangkuan ibu.
“tanpa kau minta pun, ibu akan selalu mendoakanmu, berharap kesuksesanmu akan membawa berkah untuk keluarga kita.”
“iya bu, aku akan berusaha.” Aku berdiri dan segera tidur karena esok aku akan ujian.
Malam itu aku tak bisa tidur, aku melihat wajah adik-adikku, aku merasa tanggung jawab besar ada di tanganku. Ku dengar lantunan doa ibu dari balik dinding mulai berkumandang lagi. Kali ini aku tak berada di belakang ibu lagi, aku hanya menyandarkan telingaku dari balik dinding, ku dengar ibu berkata “tak ada yang bisa ku lakukan lagi, aku sudah berupaya untuk biaya sekolah anakku. Aku hanya ingin engkau lancarkan urusan anakku, semuanya ku serahkan padamu.”. aku menangis dari balik dinding, ibu begitu menyimpan harapan yang sangat besar, ku berharap Tuhan menjamah doa ibuku kali ini.
                                                                                ***
Esoknya, ujian berjalan dengan lancar. Meski aku ragu pada hasilku namun semuanya telah ku perjuangkan. “bagaimana ujianmu nal?” Tanya ibu sesampaiku di rumah.
“Alhamdulillah, lancar bu. Semuanya juga berkat ibu.” Aku tersenyum.
Dua minggu lagi pengumumannya, aku hanya bisa membantu ibu mengurusi jamunya sambil menunggu pengumuman itu tiba.
Sehari sebelum pengumuman, aku mendengar ibu berdoa dalam shalat isyanya. Dengan penuh kedalaman dalam menghayati doa, ibu selalu bermunajat pada Tuhan untuk meluruskan jalanku. Tak ada bosannya ibu untuk melantunkan doa itu.
 “Tuhan apakah engkau tak bosan dengan doa ibuku yang tak satupun engkau jamah?” aku berkata dari balik pintu ibu.
“kamu sedang apa di situ?” ibu membangunkanku dari lamunan.
“aku sedang memikirkan pengumumanku bu”
“jangan khawatir, Tuhan selalu menyertaimu. Tidurlah nak” Kata ibu.
Aku bergegas untuk tidur sesuai dengan perintah ibu. Aku berharap semoga ada keajaiban yang terjadi esok hari. 
***
Esok harinya, dengan hati yang penuh harap, ku buka lembaran Koran. Ku cari namaku, “aku dapat..aku lulus bu, aku lulus” teriakku dari kamar.
“apa nak? Kamu lulus? Alhamdulillah” ibu meneteskan air mata dan memelukku dengan penuh kasih.
Percayalah nak, Tuhan takkan membiarkan hambanya berlarut dalam kesedihan. Belajarlah dengan baik. Banggakan ibu dengan prestasimu.
“aku hanya bisa mencium tangan ibu, seakan tak ingin melepaskannya.”
Tuhan selalu punya rencana, karena doa wanita yang hebat ini Tuhan memberikanku bahagia yang sangat berharga dari apapun. 

untuk ibu yang selalu memberi kasih.
aku anakmu, sangatlah mengasihimu !

0 komentar:

Posting Komentar