Jumat, 31 Januari 2014

Tentang Rindu yang Tak Bertepi

 

 Dari hati yang selalu penuh cinta, 31 Januari 2014

Selamat malam, kekasih.
Bagaimana kabarmu malam ini?
Masihkah kamu selalu memikirkan aku dalam diam yang terselimuti rasa kecewa?
Apakah kamu masih setia menghitung bintang yang bertaburan di langit yang seakan sedang mengatur posisi membentuk senyummu malam ini?
Aku merindukan itu, senyum yang biasa membuat hati ini penuh semangat meski tak pernah terlihat  sekalipun . entah mengapa jemariku seakan tak ingin berhenti untuk menari di atas keyboard dan mataku pun betah bercengkrama dengan layar laptop ini . Tak ku tahu seberapa besar gaya gravitasi rindu ini sehingga aku seakan selalu tertarik ke pusarannya yang menggelikan hati ini kekasih. Entah mengapa rindu ini sering kali kali hadir saat aku tak mengundangnya, tak sedikit buliran air mata yang membasahi pipiku beberapa hari ini. Ku pikir kamu sudah tahu penyebab dari  rindu ini, yah itu kamu.
Seminggu yang lalu, perjanjian untuk tak mengungkitmu kembali ke dalam hidupku seakan ku ingkari kembali. Aku benci diriku ini, yang selalu berpura-pura bisa namun tak mampu tuk menopang kesedihan sendiri, tapi kamu tak perlu mengkhawatirkan itu,
“sendiri? “
Kata itu sudah biasa menemaniku.
Tahukah kamu, semalam rasanya dadaku terpenuhi oleh udara rindu yang mendesak masuk ke relung paru-paruku dan seakan tak ingin keluar lagi, rindu itu seakan ingin selalu bersamaku, berulang kali aku berusaha tuk tak peduli, namun semakin keras usahaku semakin kuat pula rindu yang ingin menyinggahiku,
Semenjak aku mengenalmu, serasa aku menjelma menjadi musisi yang perlahan menciptakan lagu demi lagu, yah walaupun aku tahu, lagu itu hanya bisa kunikmati sendiri, bagiku orang lain tak perlu tahu banyak. Jika aku sedang merindu, aku selalu memutar rekaman lagu yang menceritakanmu, mellow memang, namun entah mengapa lagu itu selalu berhasil mengantarkan aku ke dalam tidur yang lelap.
Sampai saat ini, aku masih memikirkan apa alasan Tuhanmu dan Tuhanku tak membiarkan wajah kita saling berpandangan dalam nyata,  kita saling membalas senyum satu sama lain, aku memimpikan itu, bahkan sangat mengharapnya. Jika ada orang yang menanyakanmu, apakah kamu tau apa jawaban yang selalu ku lontarkan padanya, kekasih?
Aku selalu berkata “dia adalah seseorang yang selalu berhasil membuat bahagia meski tak selalu menawarkan senyum dalam setiap pertemuan, dia adalah seseorang yang tak bisa membuatku mendua sedetikpun”
 lalu dia bertanya “apakah kamu pernah bertemu dengannya?”
aku hanya bisa menjawabnya dengan senyum. Entah berapa kali pertanyaan ini sering kudapatkan. Aku tak peduli seberapa banyak mulut yang mencibir ini, yang aku peduli kamu tetap mencinta dalam beda, dan aku tahu itu tanpa kau jelaskan, telepati hati yang memberi signal.
Perlahan tapi pasti, kamu akan terlepas dari hidupku, kamu akan tetap setia pada agamamu begitupun aku di sini, tanpa ragu ku ucapkan ini. Cinta hanya sebuah kata, namun dengan hadirnya kamu kata itu menjadi jauh lebih berarti. Aku tak tahu apa yang harus ku tuliskan jika berbicara kenangan terindah yang pernah kamu berikan, bukan karena kamu tak pernah memberikannya, namun bagiku apapun yang kamu lakukan  itu adalah kenangan terindah yang akan selalu menyelinap masuk ke hatiku.
Kekasih, aku selalu memanggilmu dengan sebutan itu. Walaupun kamu dan aku tak terikat pada hubungan apapun. Aku tak pernah bermaksud untuk mengganggumu dalam ketenangan yang berusaha kamu ciptakan dalam hidup yang jauh lebih baik lagi bersama wanita yang sama denganmu, tak seperti aku yang selalu menghinggapi kata beda. aku cukup tahu diri, aku pernah mengganggumu dalam beribadah di gereja, bukan karena telepon atau pesan singkatku. Namun mungkin kamu merasakan kiriman rindu yang terbawa oleh angin ke arah tempat ibadahmu.
Kekasih, aku tahu ini hanya tulisan konyol, aku hanya ingin melampiasakan rinduku tuk kesekian kalinya. Ku mohon jangan egois lagi dalam mencintaiku, aku juga ingin hadir di hidupmu.

Dari seseorang yang selalu menyebutmu kekasih
Yang dadanya selalu sesak karena rindu
Yang selalu jadi cibiran teman-temannya
Namun selama ini kamu tak mengerti,
 Dia rela menghabiskan air matanya,
dalam melampiaskan kerinduannya.

0 komentar:

Posting Komentar