Pengujung Tahun
Oleh Nurasiyah
Atas nama
malam-malam bahagia di beberapa hari terakhir di tahun ini
atas nama
kembang api, petasan, dan terompet.
Setahun kemarin, tepat ketika angka satu kembali
berlabuh di tahun yang baru. Saat itu kita baru saja mengenal lewat kembang api
yang berubah kembang cinta. Tahun baru kemarin menyisakan selembar kisah yang
belum selesai kau tuntaskan. Tahun ini, tahun tanpamu. Tanpa cinta yang selalu
membuatku bersemi bukan hanya di hari-hari terakhir tahun tapi setiap harinya.
“Qi, kamu tahun baruan di mana?” tanya Virgo.
“tahun baru masih beberapa hari lagi, belum saatnya
untuk dipikirkan.” Aku menjawab sambil membalas BBM teman.
“bilang saja kamu takut flashback.” Virgo tertawa mengejek
Aku terdiam, tak harus berkata apa. Memang benar apa
yang dikatakan oleh Virgo. Aku masih suka berjalan di tempat. Yah... berjalan
di kenangan yang tak terlupakan.
Rahayu. Kekasihku yang pergi sebelum aku bisa
mengerti maksud baik yang tersembunyi dibalik kepergiannya. Bukan karena ia
meninggalkanku. Namun ia begitu setia hingga Tuhan begitu rela mengambilnya
secepat kembang api di tahun baru.
Belum juga cukup setahun aku dilantik menjadi
kekasihnya. Ia telah meninggal karena sakit, sakit yang belum kutahu apa
obatnya. Hingga ia meninggal dengan rasa sakit yang begitu menyiksa.
***
Sore itu kusiapkan bunga lili kesukaan Rahayu. Ku
pakai kemeja yang pernah ia berikan saat ulang tahunku Juni lalu. Tak lupa
kusediakan kembang api, terompet, dan petasan. Aku bukannya ingin merayakan
tahun baru di atas pusara. Aku hanya ingin kembali menciptakan ruang di mana
aku dan Rahayu pernah bertemu untuk pertama kalinya. Kupercepat langkahku
menuju pintu masuk penguburan. Tiba-tiba saja Virgo memanggil dari belakang.
“Qi, berhenti. tunggu !”
“kenapa kamu ada di sini, biarkan aku bersama Rahayu
hari ini saja Vir. Pliss” aku mengiba seiba-ibanya.
“sampai kapan mau begini terus? bawa bunga lili,
kembang api, petasan, terompet setiap mau ke kuburan !” suaranya menggertak.
“kenapa Vir? Salah? hanya ini yang bisa kulakukan
untuk Rahayu.”
“ jelas salah. Berlama-lama di masa lalu akan
menghalangimu menjalani masa depan.”
“ini masih menjadi masa depan, dulu dan sekarang.
Masih Rahayu yang menjadi penumpu semangat untuk menatap langit yang tak
berwarna.
“terserah, selamat menikmati bahagia semu.” Virgo
berlalu meninggalkan jejak.
Sesampai di pusara, kuusap penuh kasih pusaranya.
Kusimpan bunga lili di dekatnya. Rahayu semakin cantik. Kunyalakan kembang api dan kukelilingi
pusaranya, ku biarkan petasan mewarnai langit di atas pusara, tak lupa terompet
kutiupkan.
“lihat Yu, kita seperti ada di masa lalu. Masa di
saat kau dan aku bertemu.” Aku berbicara
di pusaranya.
Menjelang tahun baru ini, maafkan aku yang selalu
mengingat-ngingat cerita kita yang lalu. Tak ada maksudku yang tak baik kecuali
aku hanya ingin membuatmu bahagia di sana.
Rumah tanpa
cinta, 24 Desember 2014
0 komentar:
Posting Komentar