Sabtu, 27 Desember 2014

Pengujung Tahun



Pengujung Tahun
Oleh Nurasiyah
Atas nama malam-malam bahagia di beberapa hari terakhir di tahun ini
atas nama kembang api, petasan, dan terompet.
Setahun kemarin, tepat ketika angka satu kembali berlabuh di tahun yang baru. Saat itu kita baru saja mengenal lewat kembang api yang berubah kembang cinta. Tahun baru kemarin menyisakan selembar kisah yang belum selesai kau tuntaskan. Tahun ini, tahun tanpamu. Tanpa cinta yang selalu membuatku bersemi bukan hanya di hari-hari terakhir tahun tapi setiap harinya.
“Qi, kamu tahun baruan di mana?” tanya Virgo.
“tahun baru masih beberapa hari lagi, belum saatnya untuk dipikirkan.” Aku menjawab sambil membalas BBM teman.
“bilang saja kamu takut flashback.” Virgo tertawa mengejek
Aku terdiam, tak harus berkata apa. Memang benar apa yang dikatakan oleh Virgo. Aku masih suka berjalan di tempat. Yah... berjalan di kenangan yang tak terlupakan.
Rahayu. Kekasihku yang pergi sebelum aku bisa mengerti maksud baik yang tersembunyi dibalik kepergiannya. Bukan karena ia meninggalkanku. Namun ia begitu setia hingga Tuhan begitu rela mengambilnya secepat kembang api di tahun baru.
Belum juga cukup setahun aku dilantik menjadi kekasihnya. Ia telah meninggal karena sakit, sakit yang belum kutahu apa obatnya. Hingga ia meninggal dengan rasa sakit yang begitu menyiksa.
***
Sore itu kusiapkan bunga lili kesukaan Rahayu. Ku pakai kemeja yang pernah ia berikan saat ulang tahunku Juni lalu. Tak lupa kusediakan kembang api, terompet, dan petasan. Aku bukannya ingin merayakan tahun baru di atas pusara. Aku hanya ingin kembali menciptakan ruang di mana aku dan Rahayu pernah bertemu untuk pertama kalinya. Kupercepat langkahku menuju pintu masuk penguburan. Tiba-tiba saja Virgo memanggil dari belakang.
“Qi, berhenti. tunggu !”
“kenapa kamu ada di sini, biarkan aku bersama Rahayu hari ini saja Vir. Pliss” aku mengiba seiba-ibanya.
“sampai kapan mau begini terus? bawa bunga lili, kembang api, petasan, terompet setiap mau ke kuburan !” suaranya menggertak.
“kenapa Vir? Salah? hanya ini yang bisa kulakukan untuk Rahayu.”
“ jelas salah. Berlama-lama di masa lalu akan menghalangimu menjalani masa depan.”
“ini masih menjadi masa depan, dulu dan sekarang. Masih Rahayu yang menjadi penumpu semangat untuk menatap langit yang tak berwarna.
“terserah, selamat menikmati bahagia semu.” Virgo berlalu meninggalkan jejak.
Sesampai di pusara, kuusap penuh kasih pusaranya. Kusimpan bunga lili di dekatnya. Rahayu semakin cantik.  Kunyalakan kembang api dan kukelilingi pusaranya, ku biarkan petasan mewarnai langit di atas pusara, tak lupa terompet kutiupkan.
“lihat Yu, kita seperti ada di masa lalu. Masa di saat kau  dan aku bertemu.” Aku berbicara di pusaranya.
Menjelang tahun baru ini, maafkan aku yang selalu mengingat-ngingat cerita kita yang lalu. Tak ada maksudku yang tak baik kecuali aku hanya ingin membuatmu bahagia di sana.
Rumah tanpa cinta, 24 Desember 2014



0 komentar:

Posting Komentar